Lanjut sarjana ekonomi Islam lulusan STEI Hamfara Yogyakarta, di tahun 2009 Allah memberikan jalan dengan rencana kedua orangtuanya yang memasukkannya ke sebuah kampus berpesantren dan mengajarkan pendidikan Islami. “Dari sinilah saya mulai mendalami agama dan berhijab,” katanya.

Sejak itu, kehidupan ibu dua anak ini pun berubah hingga akhirnya berani memutuskan untuk menikah, dan memulai usaha jas hujan muslimah bersama sang suami. Karena tidak ada modal, jas hujan dibuat setelah konsumen membayar dimuka. Gayung pun bersambut, animo pembeli pun tinggi.

Eka menuturkan, belajar dari kegagalan, jas hujan yang baru beberapa kali dipakai rusak dan usahanya pun bangkrut hingga mengalami kerugian jutaan rupiah, ia dan suami pun mengganti bahan jas hujan dengan menggunakan bahan impor dari Korea yang memiliki kualitas bagus. “Setelah hasil produknya bagus, akhirnya saya memproduksi jas hujan dengan merek Sheba secara massal,” ungkapnya.

Tidak merubah model dan sesuai permintaan konsumen, Eka mengaku, tahun ini Sheba me-re desain yang terletak pada penambahan hoodie yang bisa dilepas pasang dan pemakaian resleting atau zipper. Kini berkat ketekunan dan fokus dalam menjalankan usaha, Sheba sudah memiliki puluhan agen di lebih dari 50 kota di Indonesia hingga Kairo, Italia, Jepang, Singapura, Prancis, Mekkah dan Mesir. Bahkan, omsetnya pun kini bisa mencapai ratusan juta per bulan apalagi kalau musim hujan datang. 

(koran Tangsel.com,dini)