ransel/ikr |
NASIONAL,korantangsel.com- Seminar kebangsaan mengawal negara pancasila dilaksanakan
dengan tema Trisakti Sebagai Jalan Menuju Indonesia Adil dan Makmur. Acara
tersebut digelar di Gedung Nusantara 5, MPR Republik Indonesia, Senayan,
Jakarta.
Berkerjasama dengan MPR-RI & Pimpinan Fraksi PDI-Perjuangan MPR-RI, kali ini Presidium mengundang seluruh kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia se-Jakarta Raya, Banten dan Jawa Barat. Dengan jumlah peserta mencapai 300 kader.
Mengarahkan momentum menuju Dies Natalis, GMNI intens melaksanakan kegiatan yang nantinya akan bergulir seperti donor darah, diskusi publik mengenai politik dan hukum, pengajian dan dilanjutkan seminar sesi ke-II.
Dalam seminar ini turut pula menghadiri pembicara yang sekelas nasional seperti Erros Djarot, Abidin Fikri, Karyono Wibowo & Bob.
Menurut Ahmad Basarah, Elit Politik, menyampaikan pandangannya dan sekaligus membuka acara seminar tersebut.
"Politisi itu adalah berfikir untuk pemilihan selanjutnya dan Negarawan itu adalah berfikir untuk generasi penerus dan memiliki tanggung jawab moral & intelektualitasnya terhadap masa depan bangsa secara ideologis dan praktik, begitulah bedanya," tegasnya.
Beliau pun, memberi gambaran mengenai kausa prima dari the founding father, (Ir. Soekarno).
"Bahwa agar dapat terus eksis dan lestari dalam ber-GMNI, kader GMNI harus paham dan bertindak kongkret karena faktanya, dimasa ORBA itu telah dihancurkannya proyek politik desoekarnoisasi dalam artian menghabisi ajaran - ajaran sang Proklamator, Bung Karno," lanjutnya.
Mahasiswa harus dirubah cara berfikirnya, karena kaum pejuang pemikir, pemikir pejuang harus tetap bisa menjaga harkat martabat bangsa, bertindak progresif revolusioner, berfikir critic-auto critic, berbhineka tunggal ika dan penentu masa depan bangsa.
Menurut Chrisman Damanik, Ketua Presidium, menyampaikan poin per poin langkah GMNI kedepannya.
"Matchvoorming, adalah roh maka semangat dan kemauan harus ditekankan. Berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian di bidang kebudayaan. Dan tidak perlu khawatir bahwa kita punya ideologi yang sempurna yan jauh lebih baik dari ideologi manapun, yaitu Pancasila. Solusinya kongkretnya jalan Indonesia adil dan makmur adalah Trisakti," ujarnya.
Benang merah kali ini adalah mahasiswa harus tetap membaca buku, berdiskusi / berdialektika dan ditambah dengan aksi massa.
Menurut Erros Djarot, Praktisi Politik mengutarakan mahasiswa haruslah cermat dalam berfikir, bertindak dan mengorganisir dengan cara serta taktik yang muktahir.
"Bergerak dengan data, daya dan dana (triangle). Mengawal pancasila itu jelas, susah. Namun mahasiswa harus tetap menggugat dan temukanlah esensi dan subtansinya itu yang terpenting sebelum bergerak dan bertindak, serta harus berani," ujarnya.
Berkerjasama dengan MPR-RI & Pimpinan Fraksi PDI-Perjuangan MPR-RI, kali ini Presidium mengundang seluruh kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia se-Jakarta Raya, Banten dan Jawa Barat. Dengan jumlah peserta mencapai 300 kader.
Mengarahkan momentum menuju Dies Natalis, GMNI intens melaksanakan kegiatan yang nantinya akan bergulir seperti donor darah, diskusi publik mengenai politik dan hukum, pengajian dan dilanjutkan seminar sesi ke-II.
Dalam seminar ini turut pula menghadiri pembicara yang sekelas nasional seperti Erros Djarot, Abidin Fikri, Karyono Wibowo & Bob.
Menurut Ahmad Basarah, Elit Politik, menyampaikan pandangannya dan sekaligus membuka acara seminar tersebut.
"Politisi itu adalah berfikir untuk pemilihan selanjutnya dan Negarawan itu adalah berfikir untuk generasi penerus dan memiliki tanggung jawab moral & intelektualitasnya terhadap masa depan bangsa secara ideologis dan praktik, begitulah bedanya," tegasnya.
Beliau pun, memberi gambaran mengenai kausa prima dari the founding father, (Ir. Soekarno).
"Bahwa agar dapat terus eksis dan lestari dalam ber-GMNI, kader GMNI harus paham dan bertindak kongkret karena faktanya, dimasa ORBA itu telah dihancurkannya proyek politik desoekarnoisasi dalam artian menghabisi ajaran - ajaran sang Proklamator, Bung Karno," lanjutnya.
Mahasiswa harus dirubah cara berfikirnya, karena kaum pejuang pemikir, pemikir pejuang harus tetap bisa menjaga harkat martabat bangsa, bertindak progresif revolusioner, berfikir critic-auto critic, berbhineka tunggal ika dan penentu masa depan bangsa.
Menurut Chrisman Damanik, Ketua Presidium, menyampaikan poin per poin langkah GMNI kedepannya.
"Matchvoorming, adalah roh maka semangat dan kemauan harus ditekankan. Berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian di bidang kebudayaan. Dan tidak perlu khawatir bahwa kita punya ideologi yang sempurna yan jauh lebih baik dari ideologi manapun, yaitu Pancasila. Solusinya kongkretnya jalan Indonesia adil dan makmur adalah Trisakti," ujarnya.
Benang merah kali ini adalah mahasiswa harus tetap membaca buku, berdiskusi / berdialektika dan ditambah dengan aksi massa.
Menurut Erros Djarot, Praktisi Politik mengutarakan mahasiswa haruslah cermat dalam berfikir, bertindak dan mengorganisir dengan cara serta taktik yang muktahir.
"Bergerak dengan data, daya dan dana (triangle). Mengawal pancasila itu jelas, susah. Namun mahasiswa harus tetap menggugat dan temukanlah esensi dan subtansinya itu yang terpenting sebelum bergerak dan bertindak, serta harus berani," ujarnya.
(korantangsel.com,
ikr)