NASIONAL,korantangsel.com- Kepedulian terhadap
sampah, pengembang Summarecon Serpong membangun mesin pengolah sampah dengan
sistem hidrotermal pertama di Indonesia, tepatnya di Kampung Carang Pulang,
Kelurahan Medang, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, beberapa waktu
lalu.
President Director Summarecon Adrianto P Adhi
mengatakan, pembangunan alat yang bekerja sama dengan PT Shinko Teknik
Indonesia ini, berdiri di atas tanah seluas 5000 meter persegi. Dimana, alat
tersebut mampu mengolah sampah menjadi biomassa yang dapat digunakan menjadi
bahan bakar pengganti batu bara, namun lebih ramah lingkungan.
"Pengolaah biomassa yang teknologinya diadopsi dari Jepang
ini, merupakan salah satu langkah untuk membantu pemerintah dalam mengatasi
masalah sampah," katanya dalam peresmian KSO Pengolahan Biomassa.
Adrianto menjelaskan, teknologi Hidrotermal Treatmen adalah teknologi yang sedang berkembang pada pengolahan sampah dengan karakteristik tercampur yang dikembangkan PT Shinko Teknik Indonesia.
Adrianto menjelaskan, teknologi Hidrotermal Treatmen adalah teknologi yang sedang berkembang pada pengolahan sampah dengan karakteristik tercampur yang dikembangkan PT Shinko Teknik Indonesia.
Sistem pengolahan Hidrotermal ini, lanjutnya menggunakan sebuah
reaktor yang dimasukkan uap bertengangan tinggi, sehingga semua jenis sampah
yang tercampur diolah menjadi biomassa yang berbentuk seperti bubur.
“Setelah diperoses, produk yang dihasilkan akan dikeringkan di bawah matahari selama 2-4 hari. Kemudian produk ini dapat digunakan menjadi bahan bakar alternatif, kalori yang dihasilkan cukup tinggi, sehingga dapat mem-back upprosesnya sendiri dengan menggunakan produk tersebut,” ucapnya.
Sementara itu, Executive Director Summarecon Serpong Magdalena Yuliati menuturkan, nilai total investasi untuk pengolahan biomassa ini sekitar Rp 50 miliar, dimana sekitar Rp 10- 20 miliar untuk peralatannya, sedangkan sisanya untuk infrastruktur.
“Proses pembangunan dan pengembangan alat ini sampai beroperasi memakan waktu hingga tiga tahun. Prosesnya tidak mudah. Namun sebagai pihak swasta, kami ingin mencari teknologi proses sampah yang bagus dan tidak ingin membenani pemerintah,” katanya.
Untuk saat ini, pengolahan biomassa ini hanya digunakan untuk sampah di kawasan pengembangan Summarecon Serpong. Adapun sampah yang diolah untuk kawasan tersebut sekitar 25 ton per hari.
“Setelah diperoses, produk yang dihasilkan akan dikeringkan di bawah matahari selama 2-4 hari. Kemudian produk ini dapat digunakan menjadi bahan bakar alternatif, kalori yang dihasilkan cukup tinggi, sehingga dapat mem-back upprosesnya sendiri dengan menggunakan produk tersebut,” ucapnya.
Sementara itu, Executive Director Summarecon Serpong Magdalena Yuliati menuturkan, nilai total investasi untuk pengolahan biomassa ini sekitar Rp 50 miliar, dimana sekitar Rp 10- 20 miliar untuk peralatannya, sedangkan sisanya untuk infrastruktur.
“Proses pembangunan dan pengembangan alat ini sampai beroperasi memakan waktu hingga tiga tahun. Prosesnya tidak mudah. Namun sebagai pihak swasta, kami ingin mencari teknologi proses sampah yang bagus dan tidak ingin membenani pemerintah,” katanya.
Untuk saat ini, pengolahan biomassa ini hanya digunakan untuk sampah di kawasan pengembangan Summarecon Serpong. Adapun sampah yang diolah untuk kawasan tersebut sekitar 25 ton per hari.
(korantangsel.com,mulyadi)