TANGERANG SELATAN,korantangsel.com- Ubaidillah,
saksi mata, mengatakan, paska diamankan dari rumah Asmi, pelaku langsung jadi
bulan-bulanan massa. Meski jadi bulan-bulanan, namun wajah pelaku seperti orang
menantang. Wajahnya beringas dan matanya nampak memerah. Tidak ada rasa takut
apalagi memelas minta ampun. Dari raut muka sepertinya ia siap menjemput ajal
yang sudah di depan mata. Tidak ada suara rintihan kesakitan saat dipukuli,
hanya tatapannya sesekali melotot. “Sepertinya ia punya ilmu karena tidak ada
wajah takut sama sekali meskipun ribuan massa menghakiminya,” katanya.
Pria yang menjadi petugas keamanan ini mengatakan, pelaku
membawa samurai ketika melarikan diri. Namun samurai itu dibuang di rumah Asmi
ketika hendak ke atas loteng. “Samurai itu cukup panjang dan langsung
diserahkan ke polisi sebagai barang bukti,” imbuhnya.
Ia mengatakan setelah diseret 100 meter, pelaku sudah kepayahan
dan tidak bergerak lagi. Darahnya berceceran di mana-mana. Seolah tidak puas,
massa langsung membakar pelaku. Ia tidak tahu siapa yang menyulut api, karena
peristiwanya berlangsung cukup cepat. “Kalau membayangkan kejadian waktu itu,
saya suka pusing. Dalam hati saya kenapa massa bisa seganas itu,” ungkapnya.
Sementara itu Sri Triani, seorang korban mengaku tidak memiliki
perasaan apapun sebelum kejadian naas itu. Waktu itu ia hendak membeli makan,
dan tiba-tiba dari arah belakang di pepet motor. Dirinya punrefleks dan
melawan pelaku. “Saya tidak takut mati. Pikiran waktu itu bagaimana menyelamatkan
diri dan motor,” ungkap Sri ketika di temui di lokasi kejadian.
Sri juga tidak memiliki ilmu bela diri. Ia pun bingung kenapa
seberani itu saat menghadapi pelaku begal. “Saya merasa itu bukan diri saya.
Badan saya kecil tapi nekad ngelawan pelaku begal yang punya senjata tajam,”
katanya.
Senada dikatakan Wahyu. Pria berbadan kurus ini mengatakan
kejadian pagi itu begitu cepat. Tidak ada yang mengarahkan hanya spontanitas
melawan pelaku begal. “Pikiran waktu itu, berani aja. Urusan menang atau kalah
itu nomor sekian,” kata Wahyu dan Sri yang langsung masuk mobil karena hendak
di undang ke sebuah stasiun televisi swasta untuk menceritakan peristiwa ketika
ia akan dibegal.
(korantangsel.com, usni & rr009)