TANGERANG SELATAN,korantangsel.com- Beringas.
Mungkin itu kata yang tepat mengambarkan detik-detik pelaku begal yang dibakar
massa di Jalan Mesjid Baitul Rahim RT 01/03 Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan
Pondok Aren. Tidak ada yang menggerakkan; ribuan massa dengan beringas menyeret
pelaku begal hingga tewas. Tak puas dihakimi, pelaku dibakar hingga sekujur
tubuhnya tidak lagi dikenali.
Jalan Masjid Baitul Rahim, Kecamatan Pondok Aren, mendadak
terkenal. Ya, daerah ini dikenal lantaran ada peristiwa di mana seorang begal
tewas dihakimi massa dan mayatnya dibakar di tengah jalan. Pelaku begal itu
berhasil ditangkap massa ketika hendak merampok motor Honda Beat bernomor
polisi B 6878 WHO milik Wahyu Hidayat (21), Selasa (24/2), sekira pukul 00.10
WIB. Dari empat pelaku, tiga pelaku berhasil melarikan diri. Dua korban, Wahyu
dan Sri Triani (19) mengalami luka di tangan dan kaki karena dihantam samurai
ketika motornya hendak dirampas.
Saat tim reporter korantangsel.com mendatangi
wilayah ini, kemarin, hiruk pikuk masyarakatnya masih berjalan normal. Tidak
ada yang berbeda dibanding hari-hari sebelumnya, hanya saja beberapa kru media
baik lokal ataupun nasional hilir-mudik di daerah tersebut. Setidaknya ada
empat televisi nasional yang menayangkan secara langsung dari lokasi kejadian
pembakaran begal.
Warga yang melintas banyak yang diwawancarai. Pertanyaan para
jurnalis televisi pun hampir beragam, bagaimana peristiwa itu terjadi.
Warga tidak menolak dan menerima wawancara yang diminta kru
televisi. Warga secara detail menceritakan kisah pelaku dibakar massa. Semua
cerita warga menyeramkan bahkan cenderung tidak bisa diterima akal sehat. Ada
dua titik lokasi eksekusi begal, pertama di Jalan Raya Ceger dan kedua di gang
Masjid Baitul Rahim.
Ada cerita sebelum dibakar, pelaku diseret saat bersembunyi dari
rumah milik Asmi, di RT 03/03 Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren.
Jaraknya rumah Asmi dari jalan utama sekira 100 meter. Pelaku sampai rumah Asmi
ketika hendak melarikan diri selepas gagal merampok motor Wahyu. Ketiga
temannya berhasil melarikan diri. Karena panik, pelaru berlari dan masuk ke
rumah Asmi, yang kebetulan tidak ada pagarnya. Rumahnya berada persis di pinggir
jalan dan disekelilingnya banyak toko-toko seperti sembako, pulsa ataupun
warung makan. “Saat pelaku masuk rumah saya sedang tidur. Saya terbangun
lantaran mendengar suara gaduh warga yang mengejar pelaku,” katanya saat
ditemui di lokasi.
Asmi mengatakan, pelaku langsung masuk loteng dan sempat
bersembunyi beberapa menit. Tidak selang berapa lama, pelaku terjatuh dari
loteng dan langsung bersembunyi di kamar mandi. Massa waktu itu sangat banyak
dan tidak terkendali. Dirinya bersama beberapa warga langsung mendobrak pintu
kamar mandi. “Saat ditangkap tidak ada perlawanan, hanya matanya melotot
seperti orang kesurupan,” katanya.
Selepas ditangkap, pelaku langsung diarak massa yang beringas.
Dirinya tidak ingat lagi kejadian tersebut karena yang dipikirkannya saat itu
bagaimana mengeluarkan pelaku agar massa tidak merengsek masuk ke rumahnya.
“Itu kan massa tidak semuanya saya kenal. Ketimbang nanti bermasalah dan rumah
diamuk massa, mending langsung saya amankan itu pelaku,” imbuhnya.
Asmi mengatakan suasana malam itu terasa mencekam. Massa
beringas dan berteriak-teriak. Setelah keluar dari kamar mandi dan diserahkan
ke massa, ia mendengar suara hantaman benda keras. Sepertinya habis itu pelaku
dipukulin massa yang penuh amarah. Ia pun melihat pelaku diseret ke jalan
utama. “Saya tidak habis fikir kenapa massa bisa seberingas itu. Menyeramkan
dan tidak masuk akal aksi massa tersebut,” ungkapnya.
(korantangsel.com, usni & rr009)