TANGERANG SELATAN,korantangsel.com- Peluang Walikota
Tangsel Airin Rachmi Diany untuk memenangkan pemilihan kepala daerah (Pilkada)
di tahun 2018 terhitung kecil. Faktor yang membuat Airin kecil memenangkan
pilkada diantaranya jeda dua tahun paska lengser kepopuleran perempuan asal
Banjar, Jawa Barat ini menurun.
Pengamat Politik UIN Jakarta Andi Syahrani mengatakan, peluang
kepala daerah yang lengser pada 2016 dan kembali maju dua tahun kemudian tidak
begitu besar. Selain pergeseran peta politik, jeda waktu ini sedikit banyak
mengubah dinamika politik.
“Dua tahun bukan waktu sedikit. Segalanya bisa berubah
apalagi dalam politik yang semuanya serba dinamis,” katanya, kemarin.
Andi mengungkapkan, incumben yang bakal maju di
Pilkada 2018 harus bekerja keras bila ingin terpilih kembali. Modal sebagai
kepala daerah bukan menjadi jaminan. Artinya kans menang pilkada incumben
dengan calon lainnya setara. Tidak ada yang diuntungkan incumben meskipun
pernah menjabat selama lima tahun. “Harus bekerja keras bila ingin mendapat
dukungan publik,” ungkapnya.
Seperti diketahui dalam pasal Pasal 201 ayat 2 UU Pilkada
menyebutkan, pemungutan suara serentak dalam Pemilihan Gubernur, Bupati dan
Walikota yang masa jabatannya berakhir pada tahun 2016, tahun 2017 dan tahun
2018 dilaksanakan di hari dan bulan yang sama pada tahun 2018. Jabatan Walikota
Tangsel akan berakhir di bulan April 2016, artinya gelaran pesta demokrasi di
daerah bekas Kabupaten Tangerang ini pada 2018.
Direktur Sekolah Demokrasi Deddy Ramanta mengatakan, peluang Airin
paska disahkan UU Pilkada semakin tipis. Bayang- bayang kasus dugaan korupsi
yang melibatkan keluarga terdekatnya sedikit banyak mengubah persepsi
masyarakat terhadap ibu dua orang anak ini. Kasus yang melibatkan keluarga
Airin bisa menjadi senjata paling ampuh untuk menghabisinya.
“Saya rasa bakal ada kampanye hitam yang menyerang Airin jika ia
kembali maju sebagai kepala daerah,” katanya. Apalagi ada jeda waktu dua tahun
paska lengsernya Airin, tentu bakal mengubah dinamika politik di Kota Tangsel.
Waktu tersebut akan memunculkan tokoh-tokoh baru yang bisa menyaingi
elektabilitas Airin.
Meski kansnya kecil, namun Airin tetap memiliki peluang. Ada tiga
hal yang mendasarinya Pertama, politik uang di Kota Tangsel relatif tinggi,
kondisi ini sedikit banyak menguntungkan Airin, karena ia memiliki sumber dana
yang cukup besar. Kedua, Airin menjabat ketua partai Golkar, partai ini sendiri
tergolong solid dan memiliki kader paling besar di Kota Tangsel.
Di mana, jabatannya sebagai ketua partai, Airin gampang
mengarahkan kadernya untuk memilihnya. Ketiga, jeda waktu dua tahun bisa
dimanfaatkan Airin untuk memulihkan citranya yang hancur lebur akibat dugaan
korupsi yang melibatkan keluarga besarnya. Jeda waktu ini bisa dijadikan
kampanye Airin cuci tangan sewaktu menjabat walikota.
“Airin bisa melakukan cuci tangan atas dosa-dosanya sewaktu
menjabat. Dia tinggal mengatakan enakan dipimpin olehnya, bila penggantinya,
penjabat walikota melakukan kesalahan,” katanya.
(korantangsel.com, dus)