BREAKING NEWS

Wednesday, December 3, 2014

TOLAK KENAIKAN BBM, TURUNKAN JOKOWI-JK, PECAT MENTERI NEOLIB, TURUNKAN HARGA

kammi
TANGERANG SELATAN,korantangsel.com- Setelah pemerintah resmi menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), Seperti yang kita ketahui Harganya Premium kini menjadi Rp 8.500/ liter, naik Rp 2.000 dari sebelumnya Rp 6.500/ liter sedangkan Harga Solar menjadi Rp 7.500 / liter. Naik Rp 2.000 dari sebelumnya Rp 5.500/ liter. 

Alasan rencana kebijakan menaikan harga BBM bersubsidi sampai dengan Rp2000/liter ini disebabkan defisit APBN yang mencapai108 triliyun padahal sama sekali belum ada transparansi APBN 2014 (Pernyataan Rieke, ROL 8 November 2014).

Disamping itu alasan untuk menaikan harga BBM sangat kontradiktif dengan kondisi harga minya duniak yang sedang turun dari US$ 112 pada tahun 2011 menjadi US$ 110 pada tahun 2014 (www.bbc.co.uk).

Pemerintah Jokowi-JK seperti tuli dan enggan mendengarkan aspirasi masyarakat, padahal penolakan atas kenaikan harga BBM terjadi di mana-mana. Kita tentu tidak lupa bahwa dalam setiap kampanye-kampanyenya Jokowi selalu berjanji akan mengutamakan kepentingan “wong cilik” “pro rakyat”, faktanya Jokowi justru pro asing dengan mengikuti keinginan bank dunia menaikan harga BBM, dan lupa terhadap substansi masalah BBM, yaitu Mafia Migas, dan Liberalisasi pengelolaan Migas.

Kenaikan BBM jelas memberikan multiplayer effect terhadap rakyat Indonesia, terutama rakyat dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah, kesenjangan akan semakin meningkat, warga miskin akan bertambah. Efek dari perencanaan kenaikan harga BBM telah terlihat beberapa minggu sebelum keputusan kenaikan (harga cabai naik hingga 150%  dalam harian kompas 12 November 2014), kini kita tinggal menunggu harga-harga lainnya melambung tinggi. Ini tentu memberatkan perekonomian rakyat kecil. Mereka akan mati perlahan-lahan.

Kenaikan harga BBM yang tidak disertai dengan solusi cepat  dan tepat atas kondisi rakyat. Keputusan ini sangat beorientasi bisnis yang merupakan watak neolib yang menandakan tunduknya pemerintah terhadap Asing. Permasalahan ini tentu sangat berkaitan erat dengan beberapa kementrian kabinet kerja diantaranya : Menko perekonomian, kementrian ESDM, dan  kementrian BUMN yang merupakan antek neolib. Para pelaku tersebut :  Sofyan Djalil, Rini Soemarno, dan Sudirman said. 

Perilaku tersebut juga diperkuat oleh payung hukum yang melestarikan para “Mafia Migas”, yaitu UU Migas No.22 tahun 2001. UU migas berdampak sistemik terhadap kehidupan rakyat dan dapat merugikan keuangan negara, sebab UU migas membuka liberalisasi pengelolaan migas yang sangat didominasi oleh perusahaan asing yang mencapai 90% yang fokus pada upaya pencabutan subsidi BBM.

Maka dari itu KAMMI ber sikap:
1.    Menolak keputusan pemerintah menaikkan harga BBM, dan menuntut 2. Jokowi-JK untuk mundur dari Jabatannya karena telah berkhianat terhadap rakyat.
2.    Turunkan tiga Menteri Neolib (Menko perekonomian, Menteri ESDM, dan  Menteri BUMN. Sofyan Djalil, Rini Soemarno, dan Sudirman said)
3.    Turunkan Harga Sembako


(korantangsel.com, ade irfan abdurrahman & susanti ayu)

Share this:

 
Copyright © 2014 RANSEL. Designed by OddThemes