KESEHATAN,korantangsel.com- Aneurisma? Bagi
sebagian masyarakat, tentu merasa asing mendengar penyakit tersebut. Aneurisma
otak atau biasa disebut sebagai pembuluh darah otak adalah pelebaran pada salah
satu atau beberapa lokasi dari pembuluh darah otak. Karena menipisnya seluruh
lapisan dinding pembuluh darah pada segmen tersebut, sehingga berbentuklah
seperti balon atau kantung. “Penyakit ini, seperti bom waktu yang sewaktu-waktu
bisa pecah,” kata Dr.dr Jacub Pandelaki, SpRad (K).
Dokter Spesialis Radiologi Omni Hospitals itu mengatakan,
ketika pembuluh darah pecah, maka darah akan merembes ke otak. Akibatnya dari
rembesan darah yang membasahi otak, pasien akan mengalami pusing dan
lama-kelamaan rembesan darah itu menjadi banjir darah di otak, sehingga
menyebabkan penderita meninggal mendadak. Penderita aneurisma otak bisa saja
tidak mempunyai gejala apa pun, dengan gejala ringan berupa sakit kepala dan
pusing, sampai gejala berat seperti stroke perdarahan subarakhnoid bila
aneurisma tersebut pecah, bahkan dapat menimbulkan kematian jika tidak
ditangani segera.
“Kelainan bawaan, trauma, infeksi dan kelainan pembuluh
yang lain seperti arteriovenous
malformation, penyebab aneurisma,” ucapnya.
Kejadian tersebut, menurut Jacub bisa diatasi. Dengan
cara pemasangan stent khusus pada aneurisma otak. Sebab pemasangan stent yang
merupakan metode terbaru ini, akan dipasang ke dalam pembuluh otak, bukanlah
stent yang biasa untuk stent jantung atau otak. Stent khusus yang terbuat dari
bahan platinum atau nitinol, memang akan memberikan efek mengempiskan kantung
atau balon aneurisma tanpa harus melakukan coil ke dalam aneurismanya. Sehingga,
sangat berguna untuk aneurisma wide
neck (lebih dari 2,5 - 3 cm), aneurisma giant ukuran lebih dari 2,5 cm dan aneurisma fusiform atau seperti tabung botol yang
menggelembung.
“Efeknya, bisa mengurangi aliran darah ke kantung
aneurisma dan menumbuhkan dinding darah baru, sehingga pembuluh darah menjadi
normal,” tuturnya.
Prosedur pemasangan stent, memang diperlukan keahlian dan
keterampilan khusus, bila tidak maka akan menimbulkan efek samping yang
membahayakan. Pertama, dokter akan melakukan pemasangan kateter ke dalam
pembuluh darah di sekitar leher, lipatan paha kemudian memasukan kateter yang
berisi flow diverted stent sampai ke lokasi aneurisma. Setelah
posisi tepat, maka stent akan dilepas dari kateter.
Selanjutnya Jacub meneruskan, akan dilakukan pengecekan
dengan angiografi untuk memastikan lokasi tersebut sudah tepat dan akurat serta
tidak menimbulkan efek samping. “Pengempisan aneurisma tidak terjadi secara
langsung, butuh waktu tiga sampai enam bulan,” tegasnya.
Sampai saat ini, dokter Jacub mengklaim bahwa belum ada
literatur terjadinya dampak yang berbahaya apabila stent ini dipasang dengan
tepat dan akurat. Jika prosedurnya tidak baik, barulah akan menimbulkan efek
samping, seperti aneurima pecah saat pemasangan atau pembuluh darah normal
tersumbat.
“90 persen, pemasangan flow
diverted stent berhasil dan
dapat menyembuhkan penyakit ini,” paparnya.
(korantangsel.com,
id)