HIBURAN,korantangsel.com- Raja Ampat tidak hanya memiliki
keindahan bawah laut. Konon dibalik keindahannya itu, terselip sejarah yang
patut Anda ketahui. Kepulauan yang biasa disebut “Kepala Burung” ini, memiliki
empat kerajaan tradisional. Yaitu Kerajaan Waigeo. Kerajaan yang sudah ada
sejak abad ke-16 ini, dikuasai oleh pemimpin bernama Gandzun tahun 1900-1918
dan berada di bawah Kerajaan Ternate.
Masih di bawah Kerajaan Ternate, Kerajaan Salawati dikuasai oleh empat
pemimpin. Yaitu Abd al-Kasim di tahun 1873-1890, Muhammad Amin tahun 1900-1918,
Bahar ad-Dini Arfan tahun 1918-1935 dan terakhir Abu’l-Kasim Arfan tahun 1935.
Kerajaan Misol yang berada di bawah Kerajaan Bacan ini, dipimpin oleh tiga
penguasa. Seperti Abd al-Majid tahun 1872-1904, Jamal ad-Din tahun 1904-1945
dan Bahar ad-Din Dekamboe tahun 1945. Kerajaan keempat yaitu Kerajaan Sailolof
dengan pusat kekuasaan di Sailolof.
Tidak hanya dikenal dengan kerajaannya, dari segi geografis, Raja Ampat
berada di Provinsi Papua Barat yang memiliki luas wilayah 46.108 kilometer
persegi dan hampir 80 persen diantaranya dikelilingi oleh laut. Sehingga wajar,
jika Raja Ampat dikenal sebagai daerah kepulauan dengan memiliki panjang pantai
mencapai 4.860 kilometer.
Namun uniknya, daerah kepulauan ini hanya dihuni oleh 60.000 jiwa di 35
pulau yang tersebar di 98 desa dan 17 distrik dengan mata pencaharian utama
sebagai nelayan.
Eksotisme Raja Ampat
Raja Ampat diibaratkan sebagai surga kecil yang jatuh di bumi. Keindahannya
yang menakjubkan mampu membius para wisatawan. Lautnya yang jernih dengan
ribuan ikan di terumbu karang, dengan mudahnya dinikmati dari atas kapal. Untuk
menemani liburan Anda, Papua diving merupakan resor
eksotis satu-satunya yang menawarkan wisata bawah laut di Raja Ampat.
Sebagai pionir penggerak wisata laut, resor yang mengedepankan konsep
natural ini, terbuat dari dinding dan beratap anyaman daun kelapa. Namun,
melihat begitu besar animo wisatawan terhadap resor yang dikunjungi minimal
hampir 600 turis spesial dalam dua pekan, Papua diving membangun
penginapan modern tak jauh dari lokasi pertama.
Mengenai tarif, wisatawan yang datang ke Raja Ampat bukanlah sembarangan.
Sebab, mereka harus merogoh kocek tidak kurang dari Rp 20 juta. Bagi sebagian
wisatawan yang telah menyambangi Raja Ampat, nominal tersebut cukup masuk akal.
Karena, untuk menginap satu semalam di resor Papua diving, Anda wajib membayar
75 euro atau Rp 900 ribu sedangkan menyelam ditarif sebesar Rp 360 ribu untuk
di satu lokasi tertentu.
Kompensasi tersebut cukup terbayar untuk mendapatkan sebuah keindahan yang
dilihat sembari berenang dan menyelam di beberapa kawasan, serta mengunjungi
pulau-pulau indah. Salah satunya Pulau Wayag, pulau yang menjadi primadona di
kawasan Raja Ampat.
Bagi wisatawan yang memasuki Kepulauan Wayag, Anda wajib membayar retribusi
untuk konservasi sebesar Rp 250 ribu bagi turis lokal dan Rp 500 ribu turis
asing. Begitu membayar retribusi, wisatawan akan diberikan sebuah medali
plastik yang berlaku selama satu tahun.
Selain Pulau Wayag, Pulau Mansuar patut Anda kunjungi. Selain memberikan
fasilitas serta pelayanan berstandar internasional, pulau ini tampak asri.
Sebab, hutannya masih terjaga dan air laut pun terlihat jernih. Sehingga,
binatang laut yang tidak jauh dari permukaan, tampak terlihat jelas.
Beralih ke pulau lainnya, wisatawan bisa menikmati keindahan Raja Ampat
tepatnya di Waigeo, menyelam di Waiwo dan Missol serta sekedar mengunjungi desa
wisata Sawingrai untuk melihat burung Cenderawasih. Menapaki keindahan di bumi
Cenderawasih, tidak hanya menyelam atau berenang. Anda bisa menjelajahi
hutan-hutan yang masih perawan.
Jika Anda ingin menikmati suasana pedesaan di Raja Ampat, tidak ada
salahnya mampir di Desa Sawing Rai, Pulau Sawing Rai sekitar dua jam perjalanan
dari Waisai. Memberi makan ikan berupa adonan sagu, melihat burung Cenderawasih
dengan mendaki Bukit Manjai, Sawing Rai menjadi aktivitas menyenangkan bagi
para wisatawan.
Untuk melancong ke Raja Ampat, bulan Mei dan September adalah bulan yang
paling ideal, walaupun suhu udara panas. Berdasarkan data pemerintahan
setempat, arus kunjungan wisatawan yang data ke Raja Ampat masih didominasi
oleh turis mancanegara yang menggunakan kapal pesiar.
(korantangsel.com-id)