NASIONAL, korantangsel.com- (Jakarta Barat) AWAL Institute mengungkapkan turut berduka cita sedalam-dalamnya kepada keluarga almarhum Affan Kurniawan, seorang driver ojek online (ojol) yang meninggal dunia setelah terlindas kendaraan taktis aparat kepolisian dalam kericuhan tersebut.
AWAL Institute juga merasa prihatin yang mendalam atas insiden tragis
yang terjadi dalam aksi massa pada 28 Agustus 2025 malam.
“Kami sangat marah dan mengecam keras tindakan kekerasan yang
mengakibatkan hilangnya nyawa warga sipil tak berdosa ini. Tragedi ini
seharusnya tidak terjadi, dan merupakan alarm bagi kita semua akan pentingnya
profesionalisme aparat dalam menangani aksi massa,” kata Direktur Eksekutif
AWAL Institute, Alexander Waas. (29/8/2025)
Ia mendukung pernyataan Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto,
yang menyatakan kekecewaan mendalam atas insiden ini dan mendesak agar kasusnya
diusut tuntas serta pelakunya dijatuhi hukuman seberat-beratnya.
“Kami mengapresiasi langkah cepat pihak kepolisian yang telah
mengamankan tujuh oknum anggota Brimob buntut peristiwa tersebut untuk
menjalani pemeriksaan lebih lanjut,” terang Alexander
Menurutnya, AWAL Institute mendorong proses hukum yang transparan dan
penegakan keadilan yang tegas agar kejadian serupa tidak terulang di kemudian
hari.
Tetap Tenang dan Waspada
“Di sisi lain, saya mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk tetap
tenang dan waspada. Jangan sampai kemarahan dan kesedihan kita atas musibah ini
justru dimanfaatkan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang hendak
memecah belah persatuan bangsa demi agenda sempit mereka,” ungkap Alexander.
Segala provokasi yang berpotensi mengadu domba rakyat Indonesia, harus
ditolak secara bersama-sama. Ia mengajak anak bangsa untuk tetap bersatu padu
dan tidak terprovokasi. Kami juga mencermati kemungkinan adanya upaya
terorganisir di balik kericuhan yang terjadi.
Alexander berpendapat, patut diduga terdapat skenario terselubung atau
operasi intelijen yang sengaja diciptakan oleh pihak yang “kepentingannya
terganggu” oleh kebijakan-kebijakan pemerintah saat ini, untuk memancing
konflik horizontal di tengah masyarakat dan menciptakan ketidakstabilan.
“Jika benar ada aktor intelektual di balik layar yang mengorkestrasi
kekacauan, maka kita harus semakin waspada agar tidak terpedaya oleh taktik adu
domba mereka. Dan tentunya kami berharap aparat terkait segera melakukan
tindakan-tindakan yang terukur dan tepat sasaran,” tegas Alexander.
Selain itu, AWAL Institute mengingatkan masyarakat agar tidak mudah
percaya pada informasi yang beredar di media sosial tanpa verifikasi. Di tengah
situasi tegang, muncul berbagai isu dan kabar bohong (hoax) yang berpotensi
memprovokasi emosi massa.
Penyebaran disinformasi semacam ini jelas merupakan modus provokatif dari
oknum tak bertanggung jawab untuk menebar ketakutan dan memperkeruh keadaan.
Bijak dalam Menyikapi Berita
“Oleh karena itu, kami mengimbau masyarakat untuk lebih bijak dalam
menyikapi setiap berita. Saring informasi sebelum sharing, cek kebenarannya, dan
rujuklah pada sumber-sumber terpercaya,” pinta Alexander.
Pihaknya juga mengapresiasi seruan berbagai tokoh bangsa yang mengimbau
masyarakat untuk tetap tenang, tidak terprovokasi, serta menjaga persatuan
bangsa dalam menghadapi peristiwa ini.
AWAL Institute sejalan dengan imbauan tersebut dan menekankan
pentingnya sinergi semua elemen. Mulai dari pemerintah, aparat, tokoh
masyarakat, media, hingga warga biasa untuk memelihara ketenangan dan kerukunan
sosial.
“Musibah ini hendaknya menjadi pengingat untuk semakin mempererat
solidaritas kita sebagai anak bangsa,” tukas Alexander. (korantangsel.com – opunk)




