PENDIDIKAN,korantangsel.com- Prof. Dr. Mohammad Hamsal, MSE,MQM, MBA, CISCP resmi
dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Manajemen Stratejik di
Auditorium Binus University Kampus Anggrek, Jakarta Barat, Jumat
(10/2/2023).
Prof. Hamsal memaparkan orasi ilmiah yang mengangkat strategi
paradoks sebagai kontradiksi atau pertentangan dapat diselesaikan, dalam arti
memperkaya pemahaman fakta atau memberi manfaat peluang baru, nilai baru atau
inovasi. Ini berdasar pada fenomena tekanan yang terus muncul antara kebutuhan
hari ini dan besok atau paradoks inovasi, antara integrasi global dan
kepentingan lokal atau paradoks globalisasi, serta antara misi sosial dan tekanan
keuangan atau paradoks kewajiban.
Hamsal memaparkan, Elemen
kontradiktif yang diadopsi sebagai salah satu dasar paradoks ini adalah
"yin-yang" yang dalam filsafat China digunakan untuk menggambarkan
bagaimana kutub berlawanan bergantung satu sama lain. "Yin" mewakili
kekuatan feminin dan "yang" mewakili kekuatan maskulin. Model
"yin-yang" menggambarkan kontradiksi dan dualitas dalam keseimbangan
yang mencerminkan realitas dan persistensi dalam pergerakan yang terus-menerus.
Ini menunjukkan bagian-bagian yang berlawanan secara konsisten mengalir dan
memperkuat satu sama lain.
Mengutip dari PwC (2020), Prof.
Hamsal mencatat ada enam paradoks yang semakin penting untuk dikelola untuk
mendukung keberhasilan pemimpin. Pertama adalah globally-minded localist bahwa
pemimpin harus bisa berkiprah secara efektif di pasar lokal dan terhubung
dengan baik di seluruh dunia pada saat bersamaan.
Kedua, high-integrity versus
hypocrisy politicia. Paradoksnya dalam lingkungan politis, pemimpin bisa
kehilangan integritasnya karena fokus memenuhi kebutuhan orang lain dan
manajemen politik.
Ketiga, humble versus arrogant
hero. Paradoksnya dalam situasi kritis, pemimpin harus tampil seperti pahlawan,
tapi juga harus menerima saran dan meminta bantuan.
Keempat, strategic-executor.
Paradoksnya orang cenderung lebih memperhatikan strategi atau eksekusi.
Pemimpin harus mengartikulasikan strategi, memahami pengembangannya, dan
melaksanakan dengan baik.
Kelima adalah tech-savvy
humanist. Paradoksnya keterampilan teknis dan pemahaman aspek kemanusiaan
seringkali bertentangan.
Keenam adalah traditioned
innovator dengan paradoks pemimpin harus menemukan keseimbangan antara
mempertahankan hal-hal yang sudah baik dalam bisnis, dan membuka peluang untuk
inovasi baru yang relevan.
Sebagai penutup, Prof Hamsal
menyampaikan kegiatan penelitian di bidang manajemen stratejik dan kerjasama
industri terus digalakkan dan didukung industri dan lembaga pemerintah untuk
mencapai level global.
"Hasil kegiatan ini diharapkan dapat memberi pengakuan internasional dan membantu Binus University dalam memenuhi visi untuk membina dan memberdayakan masyarakat. Ini akan meningkatkan daya saing dan keunggulan sebagai perguruan tinggi Indonesia yang berkualitas dunia. Menjadi guru besar untuk kontribusi yang lebih besar bagi masyarakat," jelas Prof Hamsal.
Prof Hamsal merupakan Guru
Besar Tetap ke-18 yang dikukuhkan Binus University. Upacara pengukuhan
dilakukan pada Sidang Terbuka yang dipimpin Ketua Senat dan Rektor Binus
University Prof Dr Ir Harjanto Prabowo MM, serta dihadiri Dewan Guru Besar
Binus University dan Guru Besar Tamu, pimpinan Bina Nusantara,
keluarga, dan tamu undangan.
“Sungguh bangga, Prof Hamsal berkontribusi
lebih banyak mewujudkan visi fostering & empowering. Semoga semakin banyak
karya, pemikiran untuk Binusian, Binus dan masyarakat Indonesia,” ungkap Prof.
Harjanto.
Tak hanya itu, salah satu Guru
Besar Tamu Prof. Rhenald Kasali PhD dari Fakultas Ilmu Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Indonesia ikut berpesan untuk Prof. Hamsal. “Jadilah bukan manusia yang pintar
untuk diri sendiri, namun jadilah pintar dan berguna bagi orang
lain,” pesannya.
Wali Kota Bogor Dr H Bima Arya
Sugiarto turut menyampaikan kesan atas Prof Hamsal. “Prof. Hamsal menyampaikan
pemikiran jenius. Paradoks itu bisa ditafsirkan menegaskan satu sama lain,
sekaligus menjadi kekuatan jika kita bisa meramu dan mentransformasikan menjadi
suatu strategi,” tutur Bima Arya.
Saat ini Prof Hamsal tercatat
sebagai Faculty Member di Doctor of Research in Management
Binus University Business School.
“Saya ingin mendedikasikan
pencapaian ini untuk lembaga, yaitu Binus University. Indonesia ke depan
memerlukan pemimpin yang dapat mengelola paradoks dengan baik. Karena kita
negara majemuk dengan latar belakang masyarakat berbeda-beda." jelas Hamsal.
"Ini merupakan bentuk rasa terima kasih
atas kebaikan guru dan dosen-dosen yang membentuk saya menjadi seperti sekarang
ini. Saya ingin meneruskannya dengan pendidik generasi muda, sehingga mereka
juga dapat berdampak bagi orang lain,” tutupnya. (Dini)