KESEHATAN,korantangsel.com- Untuk memahami penanganan sepsis dan mengajak tenaga medis dalam memerangi resistensi antibiotika, Siloam Hospitals Lippo Village bersama tim Program Pengendali Resistensi Antibiotika menggelar seminar berjudul "Update On Sepsis : Antimicrobial Resistance, Whose Responsibility?, tepatnya di Ballroom Lantai 11, Siloam Hospitals Lippo Group, Sabtu (24/11/18).
dr. Wibisono, SpOT, Spesialis Orthopedi sekaligus Ketua Pengendalian Penggunaan Antibiotik (BPA) Siloam Hospitals Lippo Village mengatakan antibiotik telah memberikan dampak perubahan yang besar terhadap praktek kedokteran, dan mampu menekan tingkat morbiditas dan mortalitas khususnya pada penanganan sepsis.
Namun disisi lain, Wibisono menambahkan penggunaan antibiotik yang berlebihan atau tidak tepat, dapat memicu berkembangnya bakteri yang resisten terhadap antibiotik .
"Pada tahun 2000-2004 di RSUD Dr. Soetomo dan RSUP dr.Kariadi membuktikan sudah terdapat kuman multi-resisten seperti MRSA (Methicillin Resistant Staphylococcusaureus), dan bakteri penghasil ESBL(Extended Spectrum Beta Lactamases). Bahkan ditemukan 30-80 persen penggunaan antibiotik tidak berdasarkan indikasi," katanya.
Untuk itu, seperti dilansir dari halaman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, apoteker perlu mengontrol pemberian obat kepada masyarakat baik di klinik, rumah sakit, maupun di apotek. Masalahnya, jika penggunaan antibiotik tidak dikontrol akan terjadi resistensi antibiotik yang secara klinis membahayakan tubuh manusia.
Karena antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi bakteri. Persoalannya, sampai saat ini masih ada penggunaan yang keliru terhadap antibiotik.
"Melalui seminar ini, kami ingin mengajak tenaga kesehatan untuk selalu ingat bahwa penggunaan antibiotik harus rasional, karena dapat merugikan pasien dan masyarakat," tutup Wibisono.
(korantangsel.com,dini)
