BREAKING NEWS

Sunday, August 27, 2017

72 TAHUN MERDEKA, INDONESIA MAU DIBAWA KEMANA??

aldi (ransel-mulyadi)
NASIONAL,korantangsel.com- Konfederasi Mahasiswa Nusantara (KMN), menggelar diskusi yang bertajuk 72 Tahun Kemerdekaan, Indonesia Mau Di Bawa Kemana?”. Diskusi yang diselenggarakan di KV Kopi, Tanjung Duren ini menghadirkan para pembicara diantaranya, Syurya Muhammad Nur (Akedemisi), Aldi Surya Kusuma (Praktisi Hukum), Ilham Fatria (Sekjend KMN), Fahri Difinubun (Dirjen Aksi & Advokasi KMN), dan dipandu oleh Alfian Akbar Balyanan selaku moderator yang juga merupakan Presiden KMN.

Diskusi ini juga dihadiri oleh para tokoh aktivis mahasiswa dari berbagai kampus di jabodetabek, diantaranya hadir Universitas Y.A.I, STIMIK Mikar, Universitas Mercu Buana, USNI, UIJ dan Universitas Esa Uggul.

“Kegiatan Ngopi Kebangsaan yang diinisiasi KMN ini, sebagai bentuk refleksi kebangsaan dalam melihat perjalanan NKRI selama 72 tahun”, Akbar menambahkan, “Negara perlu berhenti sejenak dari rutinitas kerja untuk memikirkan ulang, apakah perjalanan bangsa ini yang dikomandoi oleh Presiden Jokowi telah sesuai dengan cita-cita kemerdekaan atau belum?, Jika belum, maka berfikir ulang ialah merupakan upaya kita untuk menyelaraskan cara kerja kita untuk mewujudkan cita kemerdekaan bangsa ini” Terang akbar dalam menjelaskan tujuan penyelenggaraan Ngopi kebangsaan.
Syurya Muhammad Nur, menyoroti beberapa catatan yang kini sedang dihadapi bangsa Indonesia, diantaranya, soal kepemimpinan politik dan tata kelola sistem pemerintahan. “Dari sisi kepemimpinan, Jokowi-JK belum menunjukan terwujudnya cita revolusi mental, terlihat selama 3 tahun ini revolusi mental hanyalah sebuah jargon belaka, sebab korupsi masih merajalela, penghinaan terhadap simbol-simbol negara dan pejabat publik masih nampak menghiasa jagad dunia maya maupun dunia nyata”.

Syurya menambahkan, “Dari sisi tata kelola pemerintahan pun masih menunjukan carut marutnya prinsip Check and Balances dalam sistem ketatanegaraan kita. Hal ini memberikan dampak serius bagi pelayanan masyarakat dan peningkatan kesejahteraan, diperparah lagi dengan dikuasainya sektor-sektor ekonomi kita oleh asing”.

72 tahun kemerdekaan RI, masih banyak PR yang harus kita selesaikan, bahwa para The founding Fathers kita telah menghantarkan bangsa ini hingga kedepan pintu kemerdekaan, maka selanjutkan tugas kitalah untuk bekerja dengan segenap upaya untuk mengisi dan mempertahankan kemerdekaan. ujar syurya.

Ilham Fatria, Sekjend KMN, menambahkan, “Indonesia sejak 19 tahun pasca reformasi, telah mengalami krisis kepemimpinan (negarawan), sudah selayaknya kita mengembalikan peran organisasi kemahasiswaan untuk melakukan kaderisasi demi mencetak dan mempersiapkan pemimpin-pemimpin muda yang nantinya akan mengisi krisis negarawan tersebut”. Ilham pun merekomendasikan agar seluruh komponen gerakan mahasiswa selayaknya bersama-sama memberikan perhatian khusus bagi penguatan kaderisasi kepemimpinan.

Ditempat yang sama, Aldi Surya Kusuma yang hadir sebagai Praktisi Hukum, juga memberikan uraian terhadap persoalan kebangsaan serta upaya penyelesaiannya, Aldi mengatakan “Sistem yang baik dan penegak hukum/aparat negara yang buruk niscaya hanya akan melahirkan ketidakadilan”. Bangsa Indonesia perlu mentransform dirinya, dan ini harus dimulai dari diri kita, kita harus menjadi bangsa yang takut akan Tuhan, jangan pernah kita bermimpi menjadi negara maju apabila budaya pungli masih kita langgengkan. Kita harus membuka ruang kepada para ulama, pendetan dan para tokoh agama untuk terus melakukan propaganda kebaikan.

“Apakah kita tahu kekayaan alam kita dialokasikan kemana?, Pemerintah sengaja membuka ruang bagi para investor asing, sehingga dominasi objek vital sumber daya alam kita seratus persen dikuasai asing” sesal Aldi.

Fahri Difinubun, Dirjen Aksi & Advokasi KMN, juga menyoroti model kepemimpinan Jokowi yang makin hari menunjukan gaya otoriter, “Perppu Ormas adalah bukti Presiden tidak lagi mengindahkan hukum sebagai panglima”. Fahri juga menambahkan bahwa rezim jokowi adalah rezim dengan utang luar negeri tertinggi, puncaknya di tahun 2017 ini utang kita melambung hingga Rp. 3,706, 52 Triliun.

Diskusi ini ditutup dengan kesimpulan yang disampaikan oleh Akbar selaku Presiden KMN, “ Bahwa persoalan bangsa kita yang diuraikan oleh forum ini, telah menemukan titiknya, terlihat ada persoalan kepemimpinan yang berjalan tidak lagi berdasarkan cita kemerdekaan, aparatur penyelenggara negara telah kronis menjangkit budaya KKN, tetapi masih ada optimisme bahwa masih ada orang baik yang ada dalam sistem kekuasaan, masih ada generasi muda yang peduli akan nasib bangsa, masih ada kawan-kawan pemuda yang bergerak tanpa pamrih.

Maka generasi muda harus bangkit, menjemput perubahan, mengembalikan arah perjalanan bangsa, bila perlu generasi muda harus bergerak secara bergelombang merebut kekuasaan dari tangan-tangan yang tak bertanggung jawab mengemudikan negara ini. Akhir kata, semoga Indonesia bisa hidup seribu tahun lagi layaknya puisi W.S Rendra, bahkan hidup selama-lamanya”       

(korantangsel.com, mulyadi)



Share this:

 
Copyright © 2014 RANSEL. Designed by OddThemes