NASIONAL,korantangsel.com-
Konfederasi Mahasiswa Nusantara (KMN),
menggelar diskusi yang bertajuk “72 Tahun
Kemerdekaan, Indonesia Mau Di Bawa Kemana?”. Diskusi yang
diselenggarakan di KV Kopi, Tanjung Duren ini menghadirkan para pembicara
diantaranya, Syurya Muhammad Nur (Akedemisi), Aldi Surya Kusuma (Praktisi
Hukum), Ilham Fatria (Sekjend KMN), Fahri Difinubun (Dirjen Aksi & Advokasi
KMN), dan dipandu oleh Alfian Akbar Balyanan selaku moderator yang juga
merupakan Presiden KMN.
Diskusi
ini juga dihadiri oleh para tokoh aktivis mahasiswa dari berbagai kampus di
jabodetabek, diantaranya hadir Universitas Y.A.I, STIMIK Mikar, Universitas
Mercu Buana, USNI, UIJ dan Universitas Esa Uggul.
“Kegiatan Ngopi Kebangsaan yang diinisiasi KMN ini, sebagai bentuk
refleksi kebangsaan dalam melihat perjalanan NKRI selama 72 tahun”, Akbar
menambahkan, “Negara perlu berhenti sejenak dari rutinitas kerja untuk
memikirkan ulang, apakah perjalanan bangsa ini yang dikomandoi oleh Presiden
Jokowi telah sesuai dengan cita-cita kemerdekaan atau belum?, Jika belum, maka
berfikir ulang ialah merupakan upaya kita untuk menyelaraskan cara kerja kita
untuk mewujudkan cita kemerdekaan bangsa ini” Terang akbar dalam menjelaskan
tujuan penyelenggaraan Ngopi kebangsaan.
Syurya
Muhammad Nur, menyoroti beberapa catatan yang kini sedang dihadapi bangsa
Indonesia, diantaranya, soal kepemimpinan politik dan tata kelola sistem
pemerintahan. “Dari sisi kepemimpinan, Jokowi-JK belum menunjukan terwujudnya
cita revolusi mental, terlihat selama 3 tahun ini revolusi mental hanyalah
sebuah jargon belaka, sebab korupsi masih merajalela, penghinaan terhadap
simbol-simbol negara dan pejabat publik masih nampak menghiasa jagad dunia maya
maupun dunia nyata”.
Syurya
menambahkan, “Dari sisi tata kelola pemerintahan pun masih menunjukan carut
marutnya prinsip Check and Balances dalam sistem ketatanegaraan
kita. Hal ini memberikan dampak serius bagi pelayanan masyarakat dan
peningkatan kesejahteraan, diperparah lagi dengan dikuasainya sektor-sektor
ekonomi kita oleh asing”.
72
tahun kemerdekaan RI, masih banyak PR yang harus kita selesaikan, bahwa
para The
founding Fathers kita telah menghantarkan bangsa ini hingga
kedepan pintu kemerdekaan, maka selanjutkan tugas kitalah untuk bekerja dengan
segenap upaya untuk mengisi dan mempertahankan kemerdekaan. ujar syurya.
Ilham
Fatria, Sekjend KMN, menambahkan, “Indonesia sejak 19 tahun pasca reformasi,
telah mengalami krisis kepemimpinan (negarawan), sudah selayaknya kita
mengembalikan peran organisasi kemahasiswaan untuk melakukan kaderisasi demi
mencetak dan mempersiapkan pemimpin-pemimpin muda yang nantinya akan mengisi
krisis negarawan tersebut”. Ilham pun merekomendasikan agar seluruh komponen
gerakan mahasiswa selayaknya bersama-sama memberikan perhatian khusus bagi
penguatan kaderisasi kepemimpinan.
Ditempat
yang sama, Aldi Surya Kusuma yang hadir sebagai Praktisi Hukum, juga memberikan
uraian terhadap persoalan kebangsaan serta upaya penyelesaiannya, Aldi
mengatakan “Sistem yang baik dan penegak hukum/aparat negara yang buruk niscaya
hanya akan melahirkan ketidakadilan”. Bangsa Indonesia perlu mentransform
dirinya, dan ini harus dimulai dari diri kita, kita harus menjadi bangsa yang
takut akan Tuhan, jangan pernah kita bermimpi menjadi negara maju apabila
budaya pungli masih kita langgengkan. Kita harus membuka ruang kepada para
ulama, pendetan dan para tokoh agama untuk terus melakukan propaganda kebaikan.
“Apakah
kita tahu kekayaan alam kita dialokasikan kemana?, Pemerintah sengaja membuka
ruang bagi para investor asing, sehingga dominasi objek vital sumber daya alam
kita seratus persen dikuasai asing” sesal Aldi.
Fahri
Difinubun, Dirjen Aksi & Advokasi KMN, juga menyoroti model kepemimpinan
Jokowi yang makin hari menunjukan gaya otoriter, “Perppu Ormas adalah bukti
Presiden tidak lagi mengindahkan hukum sebagai panglima”. Fahri juga
menambahkan bahwa rezim jokowi adalah rezim dengan utang luar negeri tertinggi,
puncaknya di tahun 2017 ini utang kita melambung hingga Rp. 3,706, 52 Triliun.
Diskusi
ini ditutup dengan kesimpulan yang disampaikan oleh Akbar selaku Presiden KMN,
“ Bahwa persoalan bangsa kita yang diuraikan oleh forum ini, telah menemukan
titiknya, terlihat ada persoalan kepemimpinan yang berjalan tidak lagi
berdasarkan cita kemerdekaan, aparatur penyelenggara negara telah kronis
menjangkit budaya KKN, tetapi masih ada optimisme bahwa masih ada orang baik
yang ada dalam sistem kekuasaan, masih ada generasi muda yang peduli akan nasib
bangsa, masih ada kawan-kawan pemuda yang bergerak tanpa pamrih.
Maka
generasi muda harus bangkit, menjemput perubahan, mengembalikan arah perjalanan
bangsa, bila perlu generasi muda harus bergerak secara bergelombang merebut
kekuasaan dari tangan-tangan yang tak bertanggung jawab mengemudikan negara
ini. Akhir kata, semoga Indonesia bisa hidup seribu tahun lagi layaknya puisi
W.S Rendra, bahkan hidup selama-lamanya”
(korantangsel.com,
mulyadi)