TANGERANG SELATAN,korantangsel.com- Isu kenaikan
harga BBM kini sudah menjadi rahasia umum. Terlebih lagi menurut Jusuf Kalla
selaku wakil presiden saat ini, kenaikan BBM akan dilakukan pada bulan ini.
Harga BBM bersubsidi naik dengan berbagai macam alasan. Misalnya saja untuk
menekan anggaran pemerintah. Banyak masyarakat terkena dampak kenaikan harga
BBM bersubsidi mulai dari pengguna jasa transportasi sampai pemilik kendaraan
pribadi. Berbagai macam opini pun bermunculan di masyarakat luas. Erni seorang
ibu rumah tangga, mengaku setuju dengan keputusan pemeritah.
“Ikutin saja keputusan pemerintah, itu kan sudah jadi
keputusannya. Mungkin ini jalan yang terbaik.” Ujar ibu Erni, Saat ditemui di
kediamannya, serpong, rabu (5/11).
Sama halnya dengan Bapak Yahya, seorang supir angkot yang sudah
32 tahun menjalani perkerjaannya. “Paling masalah seminggu atau dua minggu,
nantinya pasti akan terbiasa dengan tarif yang baru.” Tutur Bapak Yahya,
saat ditemui dipangkalan angkot.
Kenaikan harga BBM bukan lah masalah baru yang terjadi saat ini.
Hal ini menjadi agenda pemerintah setiap tahunnya. Namun berbeda dengan
pendapat seorang tukang ojek. Dia merasa keberatan dengan kenaikan harga BBM.
Dia beranggapan bahwa kenaikan harga BBM akan berdampak negatif untuknya.
“Yah kalo bisa ga usah naik lah. Ojek sepi sekarang, banyak
orang lebih memilih angkutan umum dibanding ojek, soalnya ongkosnya
terjangkau”. Kata Tanto, saat ditemui tim reporter korantangsel.com di
pangkalan ojeknya.
Dirinya merasa terbebani dengan kenaikan harga BBM tersebut.
Terlebih lagi banyak masyarakat lebih memilih angkutan umum dibandingkan ojeg.
Pemerintah melakukan berbagai macam cara untuk kesejahteraan
masyarakat. Perbaikan demi perbaikan dilakukan perlahan-lahan. Apapun keputusan
pemerintah semoga menjadi terbaik untuk semua kalangan masyarakat dan
mendapatkan solusi terbaik untuk semua lapisan masyarakat.
(korantangsel.com, susanti ayu)