TANGERANG SELATAN,korantangsel.com- Ari Wibowo,
remaja 16 tahun ini hanya bisa pasrah dengan kondisi tubuhnya, sejak kecil
kulitnya selalu mengelupas serta ditumbuhi sisik seperti ular.
Untuk mencegah kulitnya mengering, Ari harus menyiram setiap
jam, baik siang maupun bangun tidur serta mengolesi tubuhnya dengan lotion atau
salep setiap tiga jam, jika tidak maka kulitnya akan mengeras hingga sulit
bergerak. Sedangkan untuk menjaga kelembaban kulitnya saat tidur, dirinya
terpaksa harus tidur dilantai.
Menurut sang nenek, kelainan tubuh pada cucunya ini, sejak ia
berumur satu tahun, awalnya timbul kemerahan disekujur tubuh lalu keluar
bintik-bintik seperti sisik ular hingga remaja, dari kecil dari umur setahun,
udah begityu, awalnya bintik-bintik trus jadi bersisik,” kata Masnah sang
nenek.
Saat umur 6 tahun, Ari Wibowo berkeinginan sekolah, namun tak
satupun sekolah yang mau menerima, umumnya pihak sekolah khawatir bila Ari
masuk disekolahnya akan di tinggalkan murid lain yang tidak menghendaki. Walau
tidak mengenyam bangku sekolah, namun Ari gemar menggambar, salah satu
kesukaannya yaitu mengambar naga.
Selama 16 tahun, remaja ini hanya diasuh oleh sang kakek dan
neneknya yang tinggal di Kampung Pondok Pucung, Pondok Aren Kota Tangerang
Selatan Banten.
Bersama Kakek Sarpan dan Neneknya Masnah inilah Ari Wibowo tinggal, sedangkan bapak kandungnya, Mutali sudah bercerai dari ibunya Ernawati sejak ia masih bayi. Meski beraktifitas normal kadang teman-temannya ada yang menjauhi karena kondisi ari yang berbeda dengan anak lain.
Bersama Kakek Sarpan dan Neneknya Masnah inilah Ari Wibowo tinggal, sedangkan bapak kandungnya, Mutali sudah bercerai dari ibunya Ernawati sejak ia masih bayi. Meski beraktifitas normal kadang teman-temannya ada yang menjauhi karena kondisi ari yang berbeda dengan anak lain.
Tiap hari Ari Wibowo remaja berkulit ular ini hanya membantu
menjaga warnet milik orang lain yang kebetulan dekat dengan tempat tinggalnya,
selain bersisik seperti ular, penglihatan harus tetap terjaga kelembabannya
dengan teratur, lantaran kelopak matanya tidak bisa tertutup.
Keluarga sangat berharap ada donatur atau sukarelawan yang mau
membantu pengobatannya agar ari bisa sembuh seperti anak remaja pada umumnya.
(korantangsel.com, milhan wahyudi)