TANGERANG SELATAN,korantangsel.com- Penyerapan Bantuan Operasional
Sekolah Daerah (Bosda) di Kota Tangsel di 2013 hingga minggu ke dua
bulan Desember mencapai 85,29 persen dari anggaran sebesar Rp 85
miliar. Pasalnya, anggaran bosda ini tidak sepenuhnya terserap
karena lambatnya pengelola sekolah yang menggunakan dana tersebut.
Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Tangsel Wiwi Martawijaya mengatakan, pada Desember 2013 masih ada beberapa sekolah yang belum mencairkan dana tersebut. Penggunaan dana Bosda untuk belanja langsung kebutuhan sarana sekolah. "Desember kemarin sudah terserap 85,29 persen. Di mana sebelumnya, pada September hanya 50-60 persen dana Bosda yang terserap. Itu artinya ada penyerapan yang cukup signifikan," katanya saat memberikan keterangan pers beberapa waktu lalu.
Ia menambahkan, peningkatkan daya serap Bosda tersebut berkat upaya bimbingan dan pembinaan yang diberikan dindik kepada sekolah penerima Bosda. "Kami terus dorong sekolah, agar penyerapan BOSDA lebih ditingkatkan lagi," katanya.
Menurutnya, kendala penyerapan Bosda disebabkan lantaran kurangnya pemahaman sekolah atas penggunaan bosda. Kepala sekolah dan jajarannya menganggap, bosda bisa dicairkan seperti Bos dari pusat padahal mekanisme bosda tidak seperti Bos dari pusat. Bosda untuk belanja langsung dan bentuknya bukan hibah.
Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Tangsel Wiwi Martawijaya mengatakan, pada Desember 2013 masih ada beberapa sekolah yang belum mencairkan dana tersebut. Penggunaan dana Bosda untuk belanja langsung kebutuhan sarana sekolah. "Desember kemarin sudah terserap 85,29 persen. Di mana sebelumnya, pada September hanya 50-60 persen dana Bosda yang terserap. Itu artinya ada penyerapan yang cukup signifikan," katanya saat memberikan keterangan pers beberapa waktu lalu.
Ia menambahkan, peningkatkan daya serap Bosda tersebut berkat upaya bimbingan dan pembinaan yang diberikan dindik kepada sekolah penerima Bosda. "Kami terus dorong sekolah, agar penyerapan BOSDA lebih ditingkatkan lagi," katanya.
Menurutnya, kendala penyerapan Bosda disebabkan lantaran kurangnya pemahaman sekolah atas penggunaan bosda. Kepala sekolah dan jajarannya menganggap, bosda bisa dicairkan seperti Bos dari pusat padahal mekanisme bosda tidak seperti Bos dari pusat. Bosda untuk belanja langsung dan bentuknya bukan hibah.
(korantangsel.com, nadia lisa)